Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

10 December 2005

Hujan Deras

Share
Hujan turun deras. Aku tidak bisa pulang. Mengapa hujan tidak turun deras Sabtu dini hari? Ketika seribu orang meraung kehilangan tempat tinggal. Si jago merah berkuasa di Kota Bambu Petamburan Jakarta selama lima jam. Rumah, pasar dan seisinya lumer dilahap api. Orang-orang ternganga. Tidak menyangka malam itu merupakan malam terakhir tidur di ranjang mereka, di bawah naungan atap yang kini tinggal berupa puing. Sekarang mereka terlantar. Yang mengungsi ke sekolah mesti pindah karena siswa harus menempuh ujian. Yang bantaran kali diterpa panas dan disergap gelap.

Asap masih mengepul di sela rongsokan. Setitik api sempat terangkap kamera. Kaki melangkah berhati-hati. Air masih hangat. Beberapa orang membersihkan reruntuhan. Mencari, memilah benda yang disisakan oleh si api. Seorang perempuan bertubuh subur berjongkok di salah satu bangunan. Bekas rumah, entah milik siapa. Tangan kanan memegang cetok, mengais-ais tumpukan barang yang telah berubah menjadi arang. Tangan kirinya mengenggam erat tas palstik warna hitam. Matanya menilisik setiap benda yang ditemukannya. Lalu benda itu meluncur masuk ke tas plastik.
"Sedang apa bu.."
"Cari barang nak"
"Cari apa bu"
" Ya paku, besi atau apa aja dech"
"Ini rumah ibu ya?"
"Bukan, rumah saya jauh. Di cipinang"
"Lalu barang itu apa?
"Ya dijual, lumayan bisa dapet 30 ribu"
"Kerjain ibu emang mulungin barang bekas ya?"
"Enggak juga sih. Biasanya jualan es di jatinegara"
"Ibu sendirian?"
"Enggak, temannya banyak"

Kota Bambu sudah rata. Puing rongsokan barang gosong asap air campur aduk jadi satu.
Apakah tiap orang berhak mengambilnya? Jakarta tidak nyaman ditinggali. Bagi yang kehilangan rumah dan bagi yang kepaksa mulung karena miskin.

0 komentar: