Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

18 August 2006

300 Rawamangun Blok M

Share
Ada beberapa pilihan transpostasi yang bisa dipakai menuju ke SPIS. Sekretariat Perburuhan Institut Sosial di Jl Tawes 27 Rawamangun. Dulu biasanya aku naik 57 ato P4 Pulogadung - Blok M lalu, turun di Arion lalu jalan kaki. Pulangnya naik metromini 46 Pulogadung - Kp Melayu dari depan SPIS, turun Kp Melayu sambung 612 Kp Melayu - Ragunan turun di Mampang. Tadi sore aku nyoba naik 300 Rawamangun - Blok M di terminal Rawamangun.
Jalurnya muter dulu lewat UKI, MT Haryono, Gatsu turun seberang Depnaker.

Tadi sore di SPIS berkumpul Mas Bagus Pakdhe Prapto Kang Adil, ada juga Leny dan menyusul Gubernur Jatam Mas Tono. Ngobrol ngalor ngidul. Perbincangan menarik seputaran bisnis media. Kang Adil gelisah dengan masuknya kapitalis asing semacam Rupert Murdoch yang mulai menguasai TV nasional macam ANTV. Dia gak terlalu percaya Murdoch hanya beli 20% persen saham ANTV. Terlalu kecil untuk "mainan" konglomerat macam Murdoch yang rela berpindah menjadi warga negara Inggris demi menguasai media di Inggris. Bila GATS mulai bergulir, batasan 20% tidak akan berlaku lagi.
Apa jadinya bila bisnis media beralih dan dikuasai sepenuhnya pemodal asing? Sekarang saja sudah menyerbu majalah-majalah asing macam Cosmopolitan FHM Maxim dan tentu saja Palyboy yang bikin gusar Islam Kanan Radikal.
Pemodal nasional mesti beraliansi untuk menahan gempuran modal asing. Kemitraan strategis TransTV dengan TV7 apa bisa dilihat sebagai aliansi menahan serangan itu?
Yang terdengar, bahasa romantis yang diucapkan Jakob Oetama dan Chairul Tanjung salah satunya nasionalisme. Jakob tidak rela TV7 jatuh di tangan asing.
Kang Adil masih heran, dengan background dokter gigi, CT bisa berkibar di bisnis media. Dari mana skill dan insting untuk bergulat di bisnis media ini? Setiap pebisnis pasti spesifik. Seorang pebisnis di bidang sepeda motor yang sukses belum tentu juga berjaya dibisnis mobil.

Di Indonesia, globalisasi bak lonceng kematian, tidak hanya bagi kelas pekerja dan rakyat jelata lainnya yang terus terpuruk, namun para pemodal lokal dan nasional mesti bertarung juga melawan kuasa modal global.

0 komentar: