Rel kereta itu tergeletak tanpa ada lagi roda-roda besi lokomotif yang menindasnya. Gantinya laker dari lorri yang di dorong-dorong tenaga manusia. Wahyu, salah satu bocah pendorong lori. Boa yang biasa dipanggil Panjul ini tiap hari hilir mudik menyisir rel di kawasan Pademangan. Menyibak rumah-rumah kumuh, menyela ibu-ibu yang jongkok mencuci atau bekerja membersihkan gelas plastik yang sudah jadi sampah.
Bapak Panjul sudah meninggal, sedang Sang Ibunda ia tak mengetahui keberadaannya karena bocah asli Solo ini terpisah dengan Sang Bunda ketika gempa menggoncang Yogya. Panjul yang kala itu berlibur di rumah nenek di Solo tak mendengar lagi kabar berita Sang Ibu. Bagaimana kabar mu Ibu, Di mana gerangan diri mu? Sang Putra harus bertarung hidup sendirian di belantara Jakarta.
Tweets
Total Pageviews
Popular Posts
-
Didekap asap pembakaran ratusan babi dalam upacara Rambu Tuka. Hanya bisa dialami di Toraja Baronang Bakar ...
-
Buruh rokok selalu dijadikan tameng industri untuk menghalau peraturan pengendalian tembakau. Padahal, hak mereka nyaris tak dipenuhi. Aza...
-
Teluk Jakarta ternyata memabukkan. Mabuk bikin lupa daratan. Aku dan beberapa teman wartawan dari berbagai daerah menjadi ”korban...
-
Rules Buka laptop atau komputer, jangan ngetik pake hand phone Setel alarm or timer 20 menit Yaaak menulislah, tuliskan apa yang terlin...
-
Vacancy: SEAPA Executive Director SEAPA is looking for an Executive Director to lead its Secretariat office in Bangkok, Thailand...
Labels
Blog Archive
Contact Us
Radio Sunnah
About
Follow us on facebook
Powered by Blogger.
Latest News
Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab
0 komentar:
Post a Comment