Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

20 May 2015

,

Wayang untuk Generasi Muda

Share
Siaran Pers
Untuk segera diterbikan

Ketua Umum PEPADI periode 2015--2020 Resmi Dilantik
Kepengurusan Baru Mengemban Tanggung Jawab Mengenalkan "Wayang untuk Generasi Muda"


Jakarta (Kamis, 21 Mei 2015) - Organisasi Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Pusat telah memiliki Ketua Umum baru yang akan bertugas untuk masa bakti 2015--2020. 
Ketua Umum Pepadi H. Kondang Sutrisno
Foto: Agung/Pepadi

Bertempat di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, pada Rabu (20 Mei 2015), pukul 19.00 WIB, Staf Ahli Bidang Sumber Daya Keolahragaan, Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Tunas Dwidharto melantik Ketua Umum PEPADI, H. Kondang Sutrisno.

Sebelumnya, H. Kondang Sutrisno terpilih sebagai Ketua Umum dalam Musyawarah Nasional Munas VI PEPADI yang diselenggarakan di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, 30 Maret 2015 lalu.

Pelantikan Ketua Umum PEPADI yang sekaligus juga mengukuhkan kepengurusan periode 2015--2010 ini mengambil tema "Wayang untuk Generasi Muda". Tema ini sekaligus menjadi tantangan dan tanggungjawab bagi pengurus PEPADI sekarang untuk melestarikan dan mengenalkan wayang kepada generasi muda.

"Wayang adalah milik generasi muda dan wayang adalah generasi muda itu sendiri," ujar Kondang.

Oleh karena itu, lanjutnya, susunan pengurus PEPADI Pusat sebanyak 85 persennya adalah generasi muda. Mereka di antaranya adalah Nanang Hape yang terkenal dengan wayang urbannya dan Dunung Basuki Kurniawan yang selama ini cukup banyak terlibat dalam produksi bersama seniman Sujiwo Tedjo. 

Sementara itu Ketua PEPADI periode 2003--2014, Ekotjipto mengatakan ada dua hal yang sangat strategis untuk ditindaklanjuti kepengurusan PEPADI. Pertama, mengawal penetapan Hari Wayang yang permohonannya telah diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

"Bisa dibayangkan bila ini ditetapkan, maka pada hari itu akan menjadi momentum kegiatan pagelaran wayang di berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Kedua, memikirkan kelangsungan pecinta wayang. Ia berharap dengan ditetapkannya Hari Wayang oleh pemerintah, generasi muda akan lebih mengenal dan mencintai wayang, serta cita-cita PEPADI untuk mewujudkan tujuan melestarikan dan mengenalkan wayang kepada generasi muda dapat terwujud.  
Penampilan Dalang Muda Perempuan Nyi Nia Dwi Raharjo
Foto: Agung/Pepadi

"Ada generasi muda yang berpotensi meneruskan wayang. Ini kalau bisa harus dimulai dari pendidikan," tambahnya.   

Sekitar 300 tamu undangan menyaksikan pelantikan Ketua Umum Pepadi dan pagelaran wayang padat. Tampak sejumlah undangan di antaranya Ketua Umum Sena Wangi Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum PEPADI Pusat periode 2008--2014 Ekotjipto, Ketua Dewan Penasehat PEPADI Ki Manteb Soedarsono, Anggota Dewan Penasehat yang juga seniman Kirun, serta pengurus PEPADI daerah. 

Acara pelantikan dilanjutkan dengan Pagelaran Wayang oleh dalang muda Nyi Nia Dwi Raharjo. Pemilihan dalang muda ini selaras dengan tema "Wayang untuk Generasi Muda" dimana dari segi usia, Nia baru berusia 23 tahun. Alumnus jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini adalah juara I Dalang Tingkat Nasional 2014.



KONDANG SUTRISNO, SE

Kondang Sutrisno lahir di kota Blora Jawa Tengah, 10 April 1968 empat bersaudara putra dari Bapak Surat Reksodikromo. Sejak kecil sudah menggemari wayang.

Tahun 1992 mendirikan Yayasan Putro Pendowo, kegiatan penyelenggaraan wayang terus berlangsung bahkan sampai luar kota (Lampung, Palembang, Bandung, Surakarta, dll).  Kecintaan terhadap wayang tidak terbatas pada wayang kulit gaya Surakarta, gaya Jogja, Golek Sunda, Kulit Betawi, Wayang orang, wayang Bali dll. Tahun 1995 mendirikan Sanggar Putra Dahana, guna mewadahi pelatihan tari, karawitan dan pedalangan.

Koleksi wayang kulit purwa  Gaya Surakarta baru dan lawas 3.628 buah, wayang Gaya Yogjakarta 224 buah, wayang Golek Sunda 220 buah, wayang kulit Serie Ramayana  240 buah, wayang khusus mahabharata 66 buah.


Tentang PEPADI

Jati Diri

 PEPADI adalah organisasi profesi yang independen, beranggotakan para dalang, pengrawit, swarawati, pembuat wayang dan perorangan yang memenuhi persyaratan tertentu. Disebut organisasi profesi karena PEPADI mewadahi kegiatan seni pedalangan yang merupakan keahlian berkesenian khusus, sebagai sarana pengabdian dan peningkatan kualitas hidup para seniman pewayangan dan pedalangan. Disebut independen karena PEPADI merupakan organisasi seni pewayangan dan pedalangan yang merupakan milik dari semua golongan, aliran dan seluruh strata masyarakat Indonesia.

PEPADI saat ini telah menjadi organisasi yang besar memiliki Komisariat Daerah di 23 Provinsi dan ratusan Kabupaten/Kota.   


Sejarah

PEPADI didirikan oleh Jenderal Surono yang pada waktu itu menjabat sebagai PANGKOWILHAN II (Jawa Madura) pada tanggal 14 April 1971 dalam musyawarah pedalangan se-Jawa dan Madura di Yogyakarta sebagai organisasi pedalangan yang bersifat nasional.

Sebelumnya Jenderal Surono telah mendirikan organisasi pedalangan yang bersifat regional bernama GANASIDI (Lembaga Pembina Seni Pedalangan Indonesia) pada tanggal 12 Juli 1969 pada waktu beliau menjabat sebagai PANGDAM VII Diponegoro.

Dalam Musyawarah Nasional PEPADI di Yogyakarta tanggal 31 Juli 1975 diputuskan mengubah organisasi pedalangan yang bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional sehingga GANASIDI secara bertahap meleburkan diri menjadi PEPADI.

PEPADI Pusat dalam kurun waktu 37 tahun telah dipimpin oleh :

Sampurno, SH            1974-1999
Drs. Solichin               1999-2003
Ekotjipto, SH               2003-2015
H. Kondang Sutrisno   2015 - 2020



Info lebih lanjut: 

Ketua umum PEPADI Kondang Sutrisno 0811190609

Sekretaris PEPADI Dunung Basuki Kurniawan 087883210023

0 komentar: