Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

26 May 2006

OPera Sabun Cendana

Share
Kesejukan Taman Suropati tak melenakan semangat massa aksi. Malahan semakin bersemangat menyanyikan lagu perjuangan dan meneriakkan yel-yel.. Adili Soeharto.. Sita Harta Soeharto Untuk RAkyat... Rakyat Bersatu Tak Bisa Dikalahkan..
Hadangan polisi dengan barikade kawat berduri dan canon water mencegat mereka. Titik sasaran aksi Rumah Cendana tak tercapai. Sedang di Surakarta, rumah Kalitan disegel oleh rakyat. Tapi belum ada yang berani menyegel Astana Giribangun. Mungkin kasihan ama Soeharto kalo dia sewaktu-waktu dia meninggal.

Pengadilan Soeharto sebagai salah satu tuntutan dan agenda reformasi masih jauh api dari panggang. Jangan harap elite politik yang berkuasa sekarang punya nyali. Mereka besar karena Cendana. Seorang teman bercerita kalau ia pernah melihat foto Presiden S memeluk erat Soeharto sewaktu terbaring sakit dan dirawat di RSPP. Foto lainnya, Si Presiden duduk dengan raut muka bak seorang abdi menghadap Sang Raja. Disamping presiden berdiri Sekretaris SS. "Gimana mo berani mengadili, lha wong presiden kita takluk pada Soeharto' tambah teman tadi.

Surat Penghentian Penuntutan Penghentian Perkara (SKP3) sudah dikeluarkan oleh Jaksa Agung. Padahal sebelumnya, Presiden berpidato untuk mengendapkan kasus Soeharto sampai waktu yang tepat. Reaksi timbul dari masyarakat. Ada yang pro, ada yang kontra. Sebagian ingin Soeharto tetap diadili sebagian berpendapat Soeharto dimaafkan saja karena sudah tua sakit-sakitan. Yang ingin mengadili bersuara sakit bukan alasan untuk menghindari pengadilan. Dalam kondisi apapun, siapapun tetap harus diadili demi kebenaran dan keadilan.

Benteng Cendana masih kukuh menghadapi serangan dari luar. Tapi mulai digerogoti dari dalam. Beragam masalah mengiringi proses perawatan Soeharto. Anak menghajar Bapak. Istri melabrak Suami. Anak tak terima dengan perempuan yang dihamili bapaknya. Istri menuntut cerai dari Suami. bla..bla..bla.... Harta tahta Wanita. Opera Sabun Cendana

"Saya mengasuh keluarga anak dan istri saya. Seorang istri pendamping dan pembantu saya yang terdekat, paling setia dan tak ada yang lain. Hanya ada satu Nyonya Soeharto dan tidak ada lagi yang lainnya. Jika ada (wanita lain) akan timbul pemberontakan yang terbuka di dalam rumah tangga" kata Soeharto.

Tapi prinsip itu dikhianati anak-anaknya sendiri. Tommy Si PlayBoy Bambang si Penghamil. Benteng Cendana dilanda pemberontakan dari dalam. Sesuai dengan perkiraan Soeharto. TApi perilaku itu kata orang biasanya perilaku turunan. Tommy dan Bambang berulah, mungkin karena genetis dari Sang Bapak. Memang belum ada fakta yang terang kalo Soeharto juga gemar berselingkuh namun rumor-rumor berhembus kalo Soeharto pun memiliki anak(2) hasil hubungan gelap. Konon salah satunya adalah artis plus politisi Senayan.

Benteng Cendana digerogoti pemberontakan dari dalam. Siapa yang menjadi pemadam api pemberontakan? Tutut, Tatiek ato Mamiek? ato ...??
Serangan dari luar harus makin gencar. Tuntutan adili dan sita harta Soeharto Kroni mesti terus membesar.

0 komentar: