Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

1 October 2007

Tak Mampu Beli Lapangan

Share
Kaki kecil Heri menari di atas aspal hitam Ibukota. Tulang-tulangnya beradu dengan keras aspal dan pembatas jalur busway di kawasan Kebon Pala. Teman-teman pun bersemangat mengejar di plastik bundar. Tak ada garis lapangan. Sepanjang bola bisa bergulir, permainan terus berjalan. Di sela-sela gerobak rokok, di sela deru knalpot motor yang melintas.
Pengandara mobil kudu rela mengalah. Mengambil jalur Busway yang bila malam tiba menganggur.
"..gak sakit, dauh kebal paling cuman berdarah..."
Heri cuman meringis ketika jatuh bergulingan di aspal. Kakinya ditebas, bola direbut lawan. Heri meringis, mengelus badannya. Pasti sakit terjatuh di aspal itu. Tapi Heri bangkit lagi, senyum mengembang seiring langkahnya kembali berebutan bola.

Ada cita-cita bersemayam di bocah-bocah ini. Mereka ingin jadi pemain bola terkenal. "..kayak Ronaldinho.." cetus Badarudin.

Kemana negara? Apa yang dia perbuat? Hanya membangun jalan bagi penunggang mobil. Hanya membangun jalan bagi penyumbang polusi.
Dikemanakan tanah lapang? Dikemanakan ruang publik?
Anak-anak berhak bermain. Dan negara wajib memenuhi.

0 komentar: