Teluk Jakarta ternyata memabukkan. Mabuk bikin lupa daratan.
Aku dan beberapa teman wartawan dari berbagai daerah menjadi ”korban” mabuk
lupa daratan.
Kok bisa?
Bisa dong.
Begini ceritanya.
Bulan Juni 2011 lalu, Society of Indonesian Enviromental Journalist (SIEJ)
memberikan beasiswa kursus menyelam dan mengadakan Lokakarya Konservasi
Kelautan kepada para wartawan. Calon peserta mendaftar dengan mengisi formulir
antara lain bio data, persetujuan pimpinan media dan surat keterangan sehat
plus contoh karya jurnalistik.
Wooow menyelam, waaah menarik niih. Aku lantas mencoba mengirimkan
aplikasi. Semua persyaratan aku kirimkan. Dan berdoa semoga bisa terpiilih.
Setelah batas waktu ditutup, panitya menseleksi puluhan calon yang
mendaftar. Terpilihlah 10 wartawan yang mendapatkan beasiswa. Namaku tertera
diantara 10 wartawan lainnya. Horeeee...
Kegiatan dimulai dengan lokakarya di Hotel Cemara. Jakarta sebagai salah
satu destinasi wisata MICE (meeting, incentive, convention and exhibiton) punya
banyak fasilitas hotel yang bisa digunakan. Tinggal pilih sesuai selera – dan
anggaran tentunya hihihihi...
Lokakarya menghadirkan para akademi yang mendalami mengenai soal lingkungan
kelautan dan diperkaya dengan hadirnya narasumber dari berbagai organisasi.
Bagiku dan teman wartawan, kesempatan ini sangat bermanfaat menambah ilmu dan
wawasan. Tak dipungkiri, peliputan lingkungan adalah isu yang amat luas,
njlimet dan butuh kemampuan khusus. Sebagai contoh, kita mengangkat soal
kelautan, sangat banyak masalah dan sudut pandang yang bisa diangkat mulai dari
segi sosial, kerusakan lingkungan, biota laut dan lain-lain. Hayoo coba tebak
apa nama latin buat lumba-lumba?
Jangankan nama latin lumba-lumba, masih banyak yang salah menyebut
lumba-lumba itu ikan. Waaduuhhh.
Hari berikutnya, kami meriung di Jl. Panarukan 15 Menteng kantor OdyDive.
Naah ini salah satu lagi kelebihan Jakarta di sektor wisata bahari. Banyak
sekali dive center dan dive shop yang bisa jadi pilihan para diver.
Indonesia adalah surga nyata bawah laut. Berada di jantung segitiga terumbu
karang dunia, keindahan bawah laut Indonesia tak tertandingi oleh negara
manapun.
Aku sempat ngobrol dengan Glen Sjukrie, salah satu instruktur OdyDive,
”Kalo para pendaki punya impian menggapai seven summits (7 puncak tertinggi
dunia) naah kalo penyelam kemana impiannya”
”Indonesia bro. Para diver internasional itu ”naik haji” ya ke Indonesia”
jawab Glen.
Waah ibarat naik haji, berarti Indonesia semacam “tanah suci” bagi para
penggila olahraga selam.
Dan Jakarta bisa jadi salah tujuan para diver, atau bagi orang yang ingin
belajar menyelam. Di Jakarta banyak dive center berpengalaman yang siap
mendampingi para pemula untuk belajar selam.
Kegiatan dimulai sejak pagi. Kami bersepuluh wartawan, duduk manis di dalam
ruangan untuk mendapat materi. Setiap selesai materi ada semacam ulangan.
Naah di ujung kelas, ada ujian yang harus dilalui dan lulus. Bila tak lulus
di ujian kelas, jangan harap anda bisa mencemburkan diri ke air.
Meski sudah lama tak pernah menghadapi ujian di dalam kelas, kami tetap
santai tapi bersemangat sembari harap-harap cemas dengan kelulusan.
Alhamdulillah aku lulus. Namun ada beberapa teman yang belum lulus dan
harus menghadapi ujian ulangan. Dan akhirnya semuanya bisa lulus dari ujian.
Tak sabar menunggu hari berganti untuk merasakan tubuh memakai BCD buoyancy
control device dan mulut yang disumpal regulator.. yippieee
Kamis pagi, kami berkumpul di kolam renang Cikini. Glen dan tim OdyDive
sudah menyiapkan peralatan selam. Di Jakarta, ada beberapa kolam yang bisa
dipake praktek menyelam antara lain kolam renang Cikini dan kolam renang
Senayan. Jadi bagi anda yang ingin mengambil kursus selam, Jakarta merupakan
tempat yang pas dan aman buat ambil sertifikasi selam.
Kami bersepuluh dibagi menjadi 2 kelompok. Ada 5 wartawan tiap kelompok.
Aku berpasangan dengan Hendro, wartawan dari Kalimantan Timur. Instruktur kami
adalah mas Roy. Orang lucu sehingga pelatihan selam menjadi lebih menyenangkan.
Sebelum mengenakan peralatan selam, kami diminta untuk berenang sejauh 300
meter alias bolak-balik sebanyak 6 kali. Selesai berenang kami mesti mengapung
selama 20 menit. Bukan hal susah bagi yang bisa berenang. Makanya salah satu
syarat mengambil kursus menyelam, anda harus bisa berenang terlebih dahulu.
Saatnya praktek. Rasanya gimana ituu ketika memakai BCD, lantas menggendong
tabung seberat lebih dari 12 kg. Regulator masuk mulut dan memakai masker. Aku
membeli masker dengan lensa khusus karena mata minus 4.
Banyak toko alat selam di Jakarta yang menawarkan beragam merk dan harga
peralatan selam. Toko selam yang cukup murah adalah Lautan Mas yang ada di
Jalan Toko Tiga Glodok. Pada momen tertentu, Lautan Mas menggelar pesta diskon
sehingga harga jadi lebih miring. Aku beli masker dan lensa minus disini.
Byuurr....
Satu persatu kami memasuki kolam dengan peralatan selam. Kami mengikuti
instruksi mas Roy untuk berlatih beberapa skill dasar antara lain, cleaning
mask, ganti regulator dengan octopus dan beberapa skill lainnya.
Skill dasar mulai kami kuasai.
Ada yang gampang ada juga yang perlu waktu untuk menguasai skill dasar.
Tak sabar rasanya kami menjajal air asin.
Sabtu pagi, kami berkumpul di dermaga Marina Ancol. Dari sini kami
menyeberang ke kepulauan Seribu. Tujuan kami adalah pulau Pramuka. Alunan ombak
membuai kami untuk terlelap. Tak apalah memejamkan sebentar sembari
mengumpulkan tenaga.
Kami sampai di dermaga Pulau Pramuka. Setelah menikmati secangkir kopi
diantara keteduhan pohon dan eksotisme pantai pasir putih, kami lantas
mengenakan peralatan selam. Target penyelaman kali ini kami turun di platform
di kedalaman 9 meter.
Byuurr.. byuurr satu persatu kami memasuki air laut dengan teknik giant
step. Kaki melangkah lebar ke laut dan terjuuuun.
Mas Roy memberi kode untuk turun kebawah. Beberapa dari kami
kesusahan untuk menyelam. Si Hendro yang bertubuh gendut harus diberi tambahan
pemberat agar bisa menyelam.
Bersusah payah kami mencapai platform di kedalaman 9 meter. Susah payah
pula kami berusaha untuk tenang di platform. Susah payah tapi asyiik.
Gelembung udara menyembur membuat pandangan sedikit kabur.
Di platform kami kembali mempraktekkan skill dasar yang sudah kami pelajari
sewaktu di kolam. Sangatlah berbeda menyelam di air tawar dengan di air laut.
Untunglah arus cukup tenang. Sangat membantu untuk proses belajar.
Setelah tabung kosong, kami kembali ke permukaan. Istirahat sekaligus makan
siang. Kami makan dengan sangat lahap.
”Habisin aja jangan malu-malu nambah, nyelam emang bikin laper” ujar mas
Roy sambil nyiduk nasi, entah sudah ke berapa.
”Mas Roy kalo rakus maah jangan ngajak-ngajak temen, rakus aja sendiri”
gurauku.
Tapi betul, olahraga selam
sangat menguras tenaga. Perut langsung keroncongan dan kami makan kesetanan.
Ditambah suasana pantai Pulau Pramuka dan angin semilir.
Perut kenyang menambah semangat buat penyelaman kedua. Kami turun sampai
dasar laut di kedalaman 16 meter. Hendro mengalami masalah. Selang regulator
bocor. Hendro sempat panik. Aku yang berada persis dibawahnya sempat merasakan
tabung Hendro mengenai kepalaku. Lumayan juga nihh ketampol ama tabung.
Untunglah masalah Hendro bisa diatasi.
Di dasar laut yang berpasir kami mempraktekan skill. Giliran untuk praktek
skill copot masker, pasang lalu bersih.
Masker aku copot. Mata tak bisa melihat karena air asin. Masker kembali aku
pasang di wajah lalu kutarik nafas dalam dan hembuskan lewat hidung untuk
mengeluarkan air dari dalam masker.
Air tak mau keluar. Kutarik lagi nafas dalam-dalam. Hembuskan nafas. Air
tetap tak mau keluar.
Waaduuh kenapa ini?
Dada jadi berdebar-debar. Takut ada masalah. Apalagi kedalaman 16 meter mau
kemana lagi kita?
Kutarik nafas lagi. Ternyata posisi
regulator tak pas di mulut. Sebagian air laut masuk mulut.. gleek.. gleekk..
kutarik nafas lagi.. air laut semakin banyak masuk mulut…
Dengan sigap mas Roy memencet tombol
regulator untuk membersihkan air laut. Lalu aku digandeng mas Roy untuk naik permukaan.
“Kamu kenapa?” tanya mas Roy dengan tegas.
”Gak tau mas”
Mas Roy mengecek semua peralatan selam di tubuhku.
”ooo ini, karet maskermu copot jadi masker kendor. Gak bisa bersihkan air
laut yang masuk”
Pengalaman itu sangat berharga. Setelah mendapat sertifikat selam, setiap
kali mau diving, aku mengecek betul semua peralatan selam agar tidak ada
masalah.
Matahari semakin condong ke barat. Sang Surya merindukan peraduan. Kami
menikmati senja yang indah di bibir pantai Pulau Pramuka. Bila anda merindukan
senja yang syahdu datanglah ke Pulau Seribu.
Hari itu kami lalui dengan baik. Malam hari kami beristirahat untuk
mengumpulkan tenaga guna penyelam esok hari.
Karena sudah menguasai skill dasar, kami pun melakukan penyelaman. Kali ini
menyelam ke wreck atau bangkai kapal kayu. Bangkai kapal kayu itu teronggok
dari kedalaman 12 meter hingga 22 meter. Berfoto ria. Bermacam gaya foto di dalam
air. Ada yang melayang bak superman. Ada yang berpose di bangkai kapal.
Asyiiik. Narsis habissss
Pesona bawah laut Teluk Jakarta membuai kami sampai mabuk lupa daratan.
0 komentar:
Post a Comment