Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

4 December 2012

(EnjoyJakarta) Kepuluan Seribu bikin Lupa Daratan

Share





Teluk Jakarta ternyata memabukkan. Mabuk bikin lupa daratan.
Aku dan beberapa teman wartawan dari berbagai daerah menjadi ”korban” mabuk lupa daratan.
Kok bisa?
Bisa dong.
Begini ceritanya.

Bulan Juni 2011 lalu, Society of Indonesian Enviromental Journalist (SIEJ) memberikan beasiswa kursus menyelam dan mengadakan Lokakarya Konservasi Kelautan kepada para wartawan. Calon peserta mendaftar dengan mengisi formulir antara lain bio data, persetujuan pimpinan media dan surat keterangan sehat plus contoh karya jurnalistik.

Wooow menyelam, waaah menarik niih. Aku lantas mencoba mengirimkan aplikasi. Semua persyaratan aku kirimkan. Dan berdoa semoga bisa terpiilih.
Setelah batas waktu ditutup, panitya menseleksi puluhan calon yang mendaftar. Terpilihlah 10 wartawan yang mendapatkan beasiswa. Namaku tertera diantara 10 wartawan lainnya. Horeeee...

Kegiatan dimulai dengan lokakarya di Hotel Cemara. Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata MICE (meeting, incentive, convention and exhibiton) punya banyak fasilitas hotel yang bisa digunakan. Tinggal pilih sesuai selera – dan anggaran tentunya hihihihi...

Lokakarya menghadirkan para akademi yang mendalami mengenai soal lingkungan kelautan dan diperkaya dengan hadirnya narasumber dari berbagai organisasi. Bagiku dan teman wartawan, kesempatan ini sangat bermanfaat menambah ilmu dan wawasan. Tak dipungkiri, peliputan lingkungan adalah isu yang amat luas, njlimet dan butuh kemampuan khusus. Sebagai contoh, kita mengangkat soal kelautan, sangat banyak masalah dan sudut pandang yang bisa diangkat mulai dari segi sosial, kerusakan lingkungan, biota laut dan lain-lain. Hayoo coba tebak apa nama latin buat lumba-lumba?
Jangankan nama latin lumba-lumba, masih banyak yang salah menyebut lumba-lumba itu ikan. Waaduuhhh.

Hari berikutnya, kami meriung di Jl. Panarukan 15 Menteng kantor OdyDive.
Naah ini salah satu lagi kelebihan Jakarta di sektor wisata bahari. Banyak sekali dive center dan dive shop yang bisa jadi pilihan para diver.
Indonesia adalah surga nyata bawah laut. Berada di jantung segitiga terumbu karang dunia, keindahan bawah laut Indonesia tak tertandingi oleh negara manapun.
Aku sempat ngobrol dengan Glen Sjukrie, salah satu instruktur OdyDive, ”Kalo para pendaki punya impian menggapai seven summits (7 puncak tertinggi dunia) naah kalo penyelam kemana impiannya”
”Indonesia bro. Para diver internasional itu ”naik haji” ya ke Indonesia” jawab Glen.
Waah ibarat naik haji, berarti Indonesia semacam “tanah suci” bagi para penggila olahraga selam.

Dan Jakarta bisa jadi salah tujuan para diver, atau bagi orang yang ingin belajar menyelam. Di Jakarta banyak dive center berpengalaman yang siap mendampingi para pemula untuk belajar selam.

Kegiatan dimulai sejak pagi. Kami bersepuluh wartawan, duduk manis di dalam ruangan untuk mendapat materi. Setiap selesai materi ada semacam ulangan.
Naah di ujung kelas, ada ujian yang harus dilalui dan lulus. Bila tak lulus di ujian kelas, jangan harap anda bisa mencemburkan diri ke air.
Meski sudah lama tak pernah menghadapi ujian di dalam kelas, kami tetap santai tapi bersemangat sembari harap-harap cemas dengan kelulusan.

Alhamdulillah aku lulus. Namun ada beberapa teman yang belum lulus dan harus menghadapi ujian ulangan. Dan akhirnya semuanya bisa lulus dari ujian.

Tak sabar menunggu hari berganti untuk merasakan tubuh memakai BCD buoyancy control device dan mulut yang disumpal regulator.. yippieee

Kamis pagi, kami berkumpul di kolam renang Cikini. Glen dan tim OdyDive sudah menyiapkan peralatan selam. Di Jakarta, ada beberapa kolam yang bisa dipake praktek menyelam antara lain kolam renang Cikini dan kolam renang Senayan. Jadi bagi anda yang ingin mengambil kursus selam, Jakarta merupakan tempat yang pas dan aman buat ambil sertifikasi selam.

Kami bersepuluh dibagi menjadi 2 kelompok. Ada 5 wartawan tiap kelompok. Aku berpasangan dengan Hendro, wartawan dari Kalimantan Timur. Instruktur kami adalah mas Roy. Orang lucu sehingga pelatihan selam menjadi lebih menyenangkan.
Sebelum mengenakan peralatan selam, kami diminta untuk berenang sejauh 300 meter alias bolak-balik sebanyak 6 kali. Selesai berenang kami mesti mengapung selama 20 menit. Bukan hal susah bagi yang bisa berenang. Makanya salah satu syarat mengambil kursus menyelam, anda harus bisa berenang terlebih dahulu.

Saatnya praktek. Rasanya gimana ituu ketika memakai BCD, lantas menggendong tabung seberat lebih dari 12 kg. Regulator masuk mulut dan memakai masker. Aku membeli masker dengan lensa khusus karena mata minus 4.

Banyak toko alat selam di Jakarta yang menawarkan beragam merk dan harga peralatan selam. Toko selam yang cukup murah adalah Lautan Mas yang ada di Jalan Toko Tiga Glodok. Pada momen tertentu, Lautan Mas menggelar pesta diskon sehingga harga jadi lebih miring. Aku beli masker dan lensa minus disini.
Byuurr....
Satu persatu kami memasuki kolam dengan peralatan selam. Kami mengikuti instruksi mas Roy untuk berlatih beberapa skill dasar antara lain, cleaning mask, ganti regulator dengan octopus dan beberapa skill lainnya.

Skill dasar mulai kami kuasai. Ada yang gampang ada juga yang perlu waktu untuk menguasai skill dasar.

Tak sabar rasanya kami menjajal air asin.

Sabtu pagi, kami berkumpul di dermaga Marina Ancol. Dari sini kami menyeberang ke kepulauan Seribu. Tujuan kami adalah pulau Pramuka. Alunan ombak membuai kami untuk terlelap. Tak apalah memejamkan sebentar sembari mengumpulkan tenaga.

Kami sampai di dermaga Pulau Pramuka. Setelah menikmati secangkir kopi diantara keteduhan pohon dan eksotisme pantai pasir putih, kami lantas mengenakan peralatan selam. Target penyelaman kali ini kami turun di platform di kedalaman 9 meter.

Byuurr.. byuurr satu persatu kami memasuki air laut dengan teknik giant step. Kaki melangkah lebar ke laut dan terjuuuun.
Mas Roy memberi kode untuk turun kebawah. Beberapa dari kami kesusahan untuk menyelam. Si Hendro yang bertubuh gendut harus diberi tambahan pemberat agar bisa menyelam.
Bersusah payah kami mencapai platform di kedalaman 9 meter. Susah payah pula kami berusaha untuk tenang di platform. Susah payah tapi asyiik.
Gelembung udara menyembur membuat pandangan sedikit kabur.

Di platform kami kembali mempraktekkan skill dasar yang sudah kami pelajari sewaktu di kolam. Sangatlah berbeda menyelam di air tawar dengan di air laut.
Untunglah arus cukup tenang. Sangat membantu untuk proses belajar.

Setelah tabung kosong, kami kembali ke permukaan. Istirahat sekaligus makan siang. Kami makan dengan sangat lahap.
”Habisin aja jangan malu-malu nambah, nyelam emang bikin laper” ujar mas Roy sambil nyiduk nasi, entah sudah ke berapa.
”Mas Roy kalo rakus maah jangan ngajak-ngajak temen, rakus aja sendiri” gurauku.
Tapi betul, olahraga selam sangat menguras tenaga. Perut langsung keroncongan dan kami makan kesetanan. Ditambah suasana pantai Pulau Pramuka dan angin semilir.

Perut kenyang menambah semangat buat penyelaman kedua. Kami turun sampai dasar laut di kedalaman 16 meter. Hendro mengalami masalah. Selang regulator bocor. Hendro sempat panik. Aku yang berada persis dibawahnya sempat merasakan tabung Hendro mengenai kepalaku. Lumayan juga nihh ketampol ama tabung.
Untunglah masalah Hendro bisa diatasi.
Di dasar laut yang berpasir kami mempraktekan skill. Giliran untuk praktek skill copot masker, pasang lalu bersih.
Masker aku copot. Mata tak bisa melihat karena air asin. Masker kembali aku pasang di wajah lalu kutarik nafas dalam dan hembuskan lewat hidung untuk mengeluarkan air dari dalam masker.
Air tak mau keluar. Kutarik lagi nafas dalam-dalam. Hembuskan nafas. Air tetap tak mau keluar.
Waaduuh kenapa ini?
Dada jadi berdebar-debar. Takut ada masalah. Apalagi kedalaman 16 meter mau kemana lagi kita?
Kutarik nafas lagi. Ternyata posisi regulator tak pas di mulut. Sebagian air laut masuk mulut.. gleek.. gleekk.. kutarik nafas lagi.. air laut semakin banyak masuk mulut…
Dengan sigap mas Roy memencet tombol regulator untuk membersihkan air laut. Lalu aku digandeng mas Roy untuk naik permukaan.
“Kamu kenapa?” tanya mas Roy dengan tegas.
”Gak tau mas”
Mas Roy mengecek semua peralatan selam di tubuhku.
”ooo ini, karet maskermu copot jadi masker kendor. Gak bisa bersihkan air laut yang masuk”

Pengalaman itu sangat berharga. Setelah mendapat sertifikat selam, setiap kali mau diving, aku mengecek betul semua peralatan selam agar tidak ada masalah.

Matahari semakin condong ke barat. Sang Surya merindukan peraduan. Kami menikmati senja yang indah di bibir pantai Pulau Pramuka. Bila anda merindukan senja yang syahdu datanglah ke Pulau Seribu.

Hari itu kami lalui dengan baik. Malam hari kami beristirahat untuk mengumpulkan tenaga guna penyelam esok hari.




Karena sudah menguasai skill dasar, kami pun melakukan penyelaman. Kali ini menyelam ke wreck atau bangkai kapal kayu. Bangkai kapal kayu itu teronggok dari kedalaman 12 meter hingga 22 meter. Berfoto ria. Bermacam gaya foto di dalam air. Ada yang melayang bak superman. Ada yang berpose di bangkai kapal. Asyiiik. Narsis habissss

Pesona bawah laut Teluk Jakarta membuai kami sampai mabuk lupa daratan.

0 komentar: